Jumat, 09 Juli 2021

Cerpen oleh Agung Aritanto

 LEMBAH TEMBAKAU


Anbul,seperti itu orang-orang lembah biasa memanggilnya. Ia orang terpandang dilembah dan punya kharismatik yang cukup kuat.


Anbul memiliki seorang penggiling tembakau yang di incar banyak rakyat dilembah, karena kualitas gilingan dan cara pengelemen kertasnya sangat cocok dengan selera beberapa penghuni lembah.


Sesuai petuah dari nenek moyang pendiri Lembah Tembakau, seorang penghuni lembah,dilarang untuk meminta digilingkan tembakau kepada ahli tembakau selain ahli tembakau kepunyaanya, kecuali melalui proses barter atau si pemilik sebelumnya sudah memerdekakan ahli tembakaunya dan status penghuni lembah telah melepas atau belum memiliki ahli tembakau. Kalau berani melanggar, maka hal buruk akan terjadi, setidaknya itu tertulia didinding-dinding gua yang sekaligus menjadi catatan peninggalan Pendiri lembah.


Ada kabar burung yang berhembus dikalangan penghuni lembah kalau Anbul minta digilingkan tembakaunya kepada ahli-ahli tembakau yang lain dengan cara ilegal. Sebetulnya ada beberapa penghuni yang tau, namun memilih diam. Yang pasti ahli tembakau Anbul terlihat jarang menggiling tembakau,dan matanya agak sayu seperti menahan beban. Dan ada kabar burung juga yang beredar kalauahli tembakau Anbul pernah menggilingkan tembakau penghuni lembah lain. Cuma ya kembali lagi, itu hanyar kabar burung.


Namun perlahan, kabar burung itu mulai menjadi terlihat, tatkala Anbul membawa seorang ahli tembakau muda ke lembah. Ada yang mengatakan ahli tembakau itu dari pulau seberang.


Namun banyak penghuni lembah yang kurang suka dengan Ahli tembakau Anbul yang baru ini, cara ia memperlakukan daun tembakau sampai ke proses ke penggilingan, sangat tidak cocok dengan penghuni lembah. Dan mereka tidak berani mengatakan karena lagi-lagi tidak enak dengan Anbul,serta disisi lain Anbul selalu mempromosikan betapa enaknya gilingan ahli tembakau barunya.


Diantara para penghuni lembah yang tidak menyukai ahli tembakau Anbul yang baru. Ada satu yang selalu memperhatikan dari jauh,ia adalah Sugro, penjaga hutan angker yang ada di Lembah Tembakau.


Saat pertama kali melihat ahli tembakau baru Anbul menggiling tembakaunya, Sugro merasa gilingan ini yang ia cari selama ini. Dan ini bertepatan karena saking sibuknya menjaga hutan angker, Sugro tidak sempat untuk memiliki ahli tembakaunya sendiri.


Disuatu hari,ketika Sugro ingin mengambil senjata ke markas Lembah, ia melihat ahli tembakau baru Anbul sedang memetik daun tembakau. Suasananya sepi dan Sugro mulai mendekat karena tertarik dengan cara memetiknya. Mereka mulai mengobrol dan terkuaklah apa yang selama ini ahli tembakau Anbul rasakan.


Ahli tembakau Anbul dipulaunya hanyalah penggiling tembakau biasa. Kala itu Anbul datang ke pulaunya dan menjanjikan bahwa Ahli tembakau akan lebih berkembang ketika menggiling tembakau di Lembah Tembakau. Apalagi setiap tahun ada ajang penghargaan bergengsi yang dipunyai lembah tembakau, dan itu yang membuat ahli tembakau baru Anbul tertarik.


Namun sampai sekarang, apa yang Anbul janjikan, hanyar mengambang menjadi janji. Sugro memandang Ahli tembakau baru Anbul dengan wajah sangat simpati.


****

Anbul yang sedang menikmati tembakaunya di kediamannya, dikagetkan dengan kabar angin yang mengatakan kalau ahli tembakau barunya, telah menjadi ahli tembakaunya Sugro dan ikut dengan Sugro ke hutan angker.


Anbul cukup kecewa, bagaimana tidak, ia membawa ahli tembakau itu dari pulau seberang, tapi kenapa harus Sugro yang mengambilnya, seorang penjaga hutan angker, kasta terendah dilembah tembakau. Ia tidak berurusan dengan manusia berkasta rendah, mengingat ia punya reputasi yang tinggi.


Akhirnya melalui pengumuman di Pusat Lembah, Anbul mengumumkan ia telah memerdekakan ahli tembakau barunya, sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pendiri lembah. Serta mengatakan betapa tidak enaknya gilingan tembakau ahli tembakau barunya itu. Dan ia berjanji kepada semua pemghuni lembah untuk menyelamatkan Sugro agar tidak merasakan kualitas gilingan tembakau dari mantan ahli tembakau barunya.


***

Disebuah gubuk di hutan angker, telihat ahli tembakau sedang menggilingkan tembakau, lalu menyerahkannya ke Sugro. Sugro menyalakan tembakaunya dan ia mulai menghisapnya, dari wajahnya terlihat sangat menikmati dengan wajah yang seolah-olah berkata "beruntung sekali aku bisa menyelamatkanmu".


SELESAI

1 komentar:

  1. Cerpen itu sebenarnya lazim ada lanjutannya atau tidak ya. Kalau ada lanjutan cerpen di atas sepertinya menarik.

    BalasHapus

biasakan budaya komentar
thnks