Oleh : Agung Aritanto
Kemaren kita sudah dihebohkan oleh berita yang sangat mengharukan, berita tentang Adek Angeline, malaikat mungil yang dibunuh oleh orang terdekatnya yang seharusnya menjadi pelindungnya dan sempat heboh diberitakan di berbagai media.
Itu hanya sedikit dari ribuan kisah memilukan lainnya dari anak-anak Indonesia.
Permasalahan lainnya sebetulnya lebih banyak lagi, walaupun kelihatannya masalah kecil tapi menurut gue ini yang paling membahayakan bagi anak-anak Indonesia walaupun efeknya tidak terasa secara langsung,tetapi tetap perlu mendapat perhatian.Karena dari hal kecil bisa berdampak besar.
Berikut ini Gue akan sebutkan beberapa hak anak- anak Indonesia yang belum terlindungi.
PENGEMIS ANAK-ANAK
Permasalahan tentang anak yang Gue liat sehari-hari didepan mata kepala sendiri adalah pengemis anak-anak. Pertanyaannya dimana orang tua mereka ? bukankah mereka pihak yang seharusnya memberikan anak-anak mereka nafkah dan tidak membiarkan anak- anak mereka mencari nafkah sebelum usia yang pantas.
Yang gilanya lagi gue pernah liat pengemis anak-anak yang mengemis bersama orang tua nya, gila apakah Mereka ingin menurunkan kebiasaan mengemis ke anaknya. Lalu bagaimana sekolah anak-anak itu ?
Yang ditakutkan ialah masa anak-anak itu masa pertumbuhan mental, jadi ketika semasa kecil mental mereka sudah dibiasakan mendapatkan uang dengan cara mudah yaitu dengan hanya meminta-minta, bahayanya ketika dewasa Mereka enggan untuk bekerja karena dengan mengadahkan tangan dan memasang muka memelas Mereka sudah mendapat uang, jadi buat apa cape-cape membanting tulang berkeringat peluh untuk mencari uang.
PENIRU ORANG SEKITAR
Menurut buku sosiologi yang pernah Gue baca, masa anak-anak itu adalah masa peniru, jadi kemungkinan si anak perokok itu melihat orang dewasa disekitarnya merokok dan ia pikir merokok itu adalah aktivitas yang mengasik-kan. Miris memang, tapi begitulah keadaannya.
Orang-orang terdekat si anak seharusnya sebisa mungkin memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka, menahan diri dari melakukan sesuatu yang tidak baik yang efek buruknya bisa di ikuti mereka, contohnya seperti merokok tadi.
MEDIA ADALAH SEKOLAH KEDUA
Namun sayangnya tontonan sampah ber-rating tinggi menghiasi acara-acara stasiun Televisi, yang artinya tontonan itu laku keras dimasyarakat dan salah satu pemirsanya adalah anak-anak.
Sayangnya lagi acara-acara bertema anak-anak jarang dan kalaupun ada hanya ada di beberapa channel tv berbayar yang hanya bisa dinikmati segelintir orang saja.
Makanya tidak heran Mereka terpengaruh atas tontonan seperti itu, jangan heran anak-anak usia dini sudah tahu pacaran ala sinetron, berdandan menor seperti artis disinetron yang mereka sukai, melakukan becandaan kasar yang sama sekali tidak lucu, dan banyak lagi.
Harapannya Pemerintah bisa menegur stasiun-stasiun TV tentang konten yang mereka sajikan, bisa berupa sangsi bila melanggar, penyaringan konten dan jam tayang, dan lain sebagainya.
Intinya agar stasiun Televisi bisa menyajikan tontonan yang bagus yang bisa menjadi tuntunan yang baik. Bukan hanya mengejar rating semata dengan konten sampah.
LAMPIASAN ORANG TUA
Misal si anak dipaksa untuk bersekolah mengambil jurusan komputer padahal dia tertarik dibidang otomotif.
Disatu sisi jika memang itu sesuai minat si anak sih sah sah saja,malah bagus, artinya orang tua mendukung penuh apa yang dilakukan anaknya.Namun bagaimana kalo itu sebetulnya bukan keinginan mereka, tentunya ini bukan sesuatu yang bagus karena mereka tidak akan pernah menikmati apa yang mereka lakukan.Sesuatu yang dilakukan karena terpaksa tidak menghasilkan sesuatu yang bagus.
Dan kalo ini terjadi terus menerus, maka ini akan menjadi lingkaran pelampiasan yang akan berputar turun temurun ke anak-anak mereka kelak karena yang mereka inginkan di masa lalu tidak bisa tercapai.
Alangkah bijaksananya kalau anak diberi kebebasan memilih apa yang mereka inginkan, selama itu hal positif dan mereka mau bertanggungjawab melakukan itu.
KEKURANGAN LAHAN BERMAIN
Bahkan didaerah Gue,anak anaknya bermain di parkiran Plaza ketika sudah tutup atau di Terminal ketika malam hari, tempat yang bukan sepantasnya untuk tempat bermain. Dan sangat menggambarkan betapa kurangnya lahan bermain untuk mereka.Kalaupun ada tempat bermain modern seperti di Mall rasanya susah untuk dicapai bagi yang kurang mampu.
Tempat bermain berfungsi sebagai tempat anak mengekspresikan diri, berolahraga dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.
PERKATAAN TERTULAR LINGKUNGAN
Lingkungan yang terbiasa memakai kata kata kasar dalam percakapan juga akan ditiru oleh si anak.
Orang dewasa yang berada disekitar lingkungan anak seharusnya bisa menjaga perkataannya agar tak ditiru anak-anak. Ketika sedari kecil sudah terbiasa mendengar dan menggunakan kata-kata kasar, akan sulit mengubah kebiasaan itu kelak.
Mungkin masih banyak masalah lainnya.
Akhirnya apakah semua masalah-masalah diatas hanya untuk dibaca, jawabannya kembali ke pembaca ?
Anak-anak Indonesia perlu dilindungi dari berbagai masalah diatas maupun yang tidak dituliskan diatas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dan seandainya peduli,saatnya melakukan aksi nyata bagaimana kita bisa melindungi anak anak Indonesia, karena ditangan merekalah kelak Indonesia berada.
semua yang disebutkan agung itu betul semua, media, lingkungan, pengemis, aduh semuanya anak-anak kita, miris memang melihatnya, paling sedih adalah berkurangnya lahan bermain, mereka sampai bermain bola di jalanan yang penuh lalu lalang motor, cinta dan kasih sayang untuk anak2 harus terpenuhis ejak kecil
BalasHapusbararti akalau ingin anak jad baik tidak boleh hidup dilingkangan yang g baik . pertanyaanya lingkungan yang baik dimana.
BalasHapusgue gak tahu banyak sih, tapi sepertinya dalam mendidik anak yang paling berperan penting adalah orang tuanya
BalasHapusMasalah pendidikan anak ini udah jadi bom waktu kayaknya. Media udah jadi sesuatu yang mencengkeram erat bangsa ini, susah dikendaliin.
BalasHapusSebenernya kita bisa lho jadi agen perubahan, mulai perubahan dari lingkungan terkecil, mudah2an hasilnya merembet ke lingkungan yang lebih besar. Misalnya kita punya anak kecil/keponakan/tetangga/siapa lah yang biasa berinteraksi sama kita, dari situ kita biasain untuk nanemin nilai-nilai positif. Maaf kalo terkesan ngeguruin ya hehe, tapi beneran lho, kita mesti peduli hal2 begini.
Perkataan kasar itu yang lebih mengerikan, mungkin karena media televisi yang lebih menonjolkan cacian maki daripada pujian. Saling sayang dan hormat terasa kian berkurang. Elu gue itu yang lebih dominan.
BalasHapusIya, rata-rata banyak yang jadi korban TV. Zaman gue SMP dulu, banyak yang meninggal karena niruin gerakan Smack Down. Orangtua emang harus berperan penting pas mengawasi anak.
BalasHapusNaaahhh, iya. Gue setuju tuh soal orangtua melampiaskan ke anaknya. Alhamdulillah orangtua gue bisa diajak berdiskusi. Nah, temen gue yang suka otomotif, disuruh akuntansi. Kasihan banget. Dia jadi sering bolos kuliahnya. :(
akibat nonton GGS jadi gini nih :(
BalasHapusya orangtua jangan sampai lepas pengawasannya, dan orangtua jangan membatasi kreatifitas anaknya. eh bener gak sih gue hehehe
Terkadang orang tua juga yang membuat anak nya menjadi dewasa sebelum waktu nya...
BalasHapuskayak tadi malam aja ngerayain hari ulang tahun anak yang ke 1 tapi malah nyetel lagu PUSING PALA BERBIE....
nyambung gak tuh ?
Lingkungan punya peran besar.. tapi .. paling utama peran orang tua.. yang membikin hitam dan putihnya.. seorang anak.. #eh... betul ndak sih.. wikiki..
BalasHapuslingkungan yang paling berpengaruh adalah keluarga,.... tergantung bagaimana orang tuanya mendidiknya
BalasHapusLahan bermain kita memang kurang sekali,..... anak mau main di mana, di depan layar gadget aja yah!
BalasHapuswah jadi komnas anak kayak Kak Seto ne kisahnya nyawa gunglah...
BalasHapusnyawa minta proposal lawan haji muhidin gen sagan mewujudkan apa jar nyawa tuh.