Cerpen By : Agung Aritanto ( @AgungAritanto13 )
Saat ini aku berada diantara rerimbunan manusia, disebuah pasar. Seperti biasa aku mengantarkan koran koran ke toko langganan.
Sehabis itu agak siang aku pergi ke kampus, mengurus tugas akhirku, memang berat tetapi harus kulakukan. Karena ini hadiah untuk seseorang, walaupun ia mungkin tidak akan pernah menerimanya secara langsung.
Malam harinya kadang kugunakan untuk mengedit photo, aku bekerja sebagai photographer lepas , Dan terkadang aku juga sibuk mengerjakan orderan photo dari beberapa majalah, hasilnya lumayan untuk biaya kuliahku dan kehidupan sehari-hari bahkan aku masih bisa menyisihkan penghasilanku untuk ibu.
Pasti kalian bertanya kenapa aku masih melakukan pekerjaan sebagai pengantar koran.
Jawabannya adalah karena sosok tua itu, sosok manusia tangguh dengan bentuk kurus berkacamata, aku rindu dia
Dia adalah bapaku, ia hanya lulusan sd, alasannya klasik,tidak bisa melanjutkan sekolah karena terkendala biaya, makanya ia dengan sangat gigih menyuruhku yang malas ini untuk sekolah sangat tinggi, bisa dibilang itu sebagai balas dendamnya, tapi dari itu aku juga dapat manfaatnya.
Sedari muda ia sudah bekerja sebagai pengantar koran, pekerjaan yang tidak bisa kubanggakan.Kala smp kami pernah disuruh mendiskripsikan pekerjaan orang tua, mungkin teman temanku yang lain dengan bangga mendiskripsikan pekerjaan orang tuanya seperti direktur, dokter, pengacara dan pekerjaan membanggakan lainnya.
Oh iya aku belum cerita di semua jenjang pendidikanku, aku selalu dimasukkan bapa ke sekolah yang kalian sebut sekolah elit, sekolah yang isinya orang orang kaya dan sekolah dengan fasilitas super lengkap, rupanya bapa sangat dendam dengan masa kecilnya.
Walaupun aku tahu ada konsekuensi ketika ia menyekolahkanku ditempat semacam itu, dan terakhir kali ketika aku mau masuk sma bapa harus kehilangan sepeda motornya, hasil menabung bertahun tahun.
kemarahanku pecah kepada bapa ketika salah seorang temanku d sma mengetahui bapa seorang pengantar koran, dan sejak itu berita itu menyebar ke seluruh sekolah dan aku menjadi bahan ejekan, hati panas rasanya. Dan sejak itu aku malu punya bapa seperti dia, hampir setiap kali bapa mengajak ku jalan berdua aku selalu menolak.
Padahal kalo di pikir sekarang kenapa aku harus malu ? mereka cuma anak anak orang kaya yang tidak tahu bagaimana perjuangan bapa menyekolahkanku, setidaknya bapa lebih perhatian kepadaku. Kenapa aku sangat bodoh waktu itu.
Kini aku berada di kampus, ditaman kampus, tempat yang indah untuk merenung. kalo tidak berkat si tukang koran itu mungkin aku tidak akan bisa berdiri disini.
Ada suatu cerita ketika aku daftar kuliah, dengan ngeyelnya bapa memaksa untuk ikut, saat itu aku masih malu, trauma di masa sma, tapi bapa terus memaksa dan aku pasrah.
Selesai mendaftar ia kembali memaksaku mengelilingi bakal kampusku itu, disalah satu sudut kampus pandangan bapa tertuju ke suatu ruangan. lalu ia menyuruhku menunggu di kursi dan ia menuju ke tempat itu.
Beberapa minggu kemudian aku menemukan sebuah kamera dslr diatas lemari kecilku. dan ketika sudah masuk kuliah aku baru tahu kalo tempat yang bapa tuju adalah sekretariat ukm photography. Dan aku aktif di ukm itu.
Entah apa yang ada dipikiran bapa sehingga ia membelikanku kamera dslr yang mahal itu, oh iya aku ingat aku ingat, waktu itu, dulu sekali waktu hendak masuk sd, ketika ke studio photo sehabis berphoto aku dengan isengnya memegang dan mengamati kamera si photographer, terkadang aku mengikuti gaya si phptographer ketika memotret. aku sempat tidak makan seharian karena merajuk minta dibelikan kamera persis seperti kepunyaan photographer itu,Hebat juga ingatan si pengantar koran ini.
Tapi aku masih trauma aib semasa sma itu, jadi mohon maaf pengantar koran, kau belum membuatku bangga.
Di ukm photography aku belajar banyak hal seputar photography dan itu cikal bakal akhirnya membuatku mendapat banyak pekerjaan dibidang ini.
Beberapa semester aku kuliah bapa terlihat sakit sakitan, sehabis bekerja mengantar koran bapa terlihat beristirahat, tidak seperti biasanya.
Tepat ketika judul skripsiku diterima, bendera hijau harus menghias depan rumahku, bapa beristirahat sampai waktu yang tak terhingga.
Belakangan ibu baru cerita kalo bapa nekat menjual ginjalnya yang akhirnya membuat ia sakit sakitan, dan uangnya ia gunakan untuk biaya masuk kuliahku dan beli kamera dslr.
Aku menitikkan air mata, kenapa si pengantar koran ini bisa se nekat ini ?
( Terinspirasi dari cerita pengantar koran langganan gue di toko, orangnya sudah meninggal tapi digantiin sama anaknya, tapi ceritanya ga kaya cerpen gue ini, gue gabungin aja sama imajinasi gue )
Wah beruntung bgt dikasi dslr
BalasHapusproses beli dslrnya yang ngeriii
HapusCie baru ja beli domain nih ye...
BalasHapusCerpennya kepanjangan. Kena nda baca.
ciyee yang udah lama beli domain
Hapuskependekkan salah kepanjangan salah hedeeeh
panjang banget ceritanya :D
BalasHapusAhh pengen juga belajar motret memotret nih tapi belum punya juga kameranya haha :'D
BalasHapuspake kamera hp juga bisa kok
Hapuswah mantep dikira kisah mas agung sendri
BalasHapusengga lah mba ini imajinasi saya aja, murni fiksi tapi terinspirasi
HapusCeritanya sedih... bikin sedikit mewek :')
BalasHapusgapap bikin sedih asal jangan bikin galau
HapusIya endingnya mengharukan mas.. serius.. :) Demi anak ya, atau demi pendidikan anak, nekat jual ginjal karena profesi penjual koran yang mungkin gak seberapa ya.. :) Ini kan cuman cerpen yang terinspirasi ya Mas.. :)
BalasHapusia orang tua kadang emang nekat kalo udah berhubungan sama pengorbanan buat anak
HapusJadi sedih :'(
BalasHapusasal jangan sampe nangis bombay aja
HapusJadi Sedih bacanya..... Very sad.... thanks
BalasHapusthanks buat apa neh ?
HapusTwist di akhir ceritanya dapet banget. Sedih ceritanya ya...
BalasHapusiya pembaca di awal emang sengaja ga dikasih tahu
Hapusmas bro ini piawai bikin ending twistnya kereeen dah :)apalagi template blognya ramai pernak pernik. Ganbatte Kudasai !
BalasHapusperasaan pernak pernik di blog saya dikit deh mba bro
Hapusuntuk cerpen menurut gue terlalu panjang sih hehe, tapi dari segi cerita lumayan oke dan mampu membuat hati gue teriris sedikit, kayanya gue pernah deh lihat filmpendek di you tube yang ceritanya kurang lebih begini.
BalasHapuswah kalo boleh tahu judulnya apa bro
HapusMasih ada beberapa tulisam yg typo, kayanya ini gara2 terlalu fans lawan blogger yg gagal move on...
BalasHapusBoleh lah untuk endingnya kada ketebak, catatan coba tambahkan dialog percakapam walau cuman sekali.
he eh nah typo soalnya galau mikirin mantan *ups
Hapussengaja ga pake dialog dit, ini lebih kaya curahan hati