Jumat, 08 Mei 2009

KEGALAUAN MANUSIA


Akhir-akhir ini gue merasa jadi manusia terlaknat.Dengan segala dalih gue lebih mementingkan kehidupan gue yang tak berguna ini yang sebetulnya ngga penting amat untuk meninggalkan ibadah sama Tuhan.Gue takut neraka tapi gue ngga takut melanggar perintahNYA.Gue ngarep ke surga tapi malas banget taat.Gue menghardik orang-orang kafir,padahal gue sendirilah si kafir itu.Gue pernah mengumpat anak yang durhaka tapi kenapa ortu gue,selalu gue lawan.

Kegalauan hati di tambah lagi dengan sebuah eksperimen yang paling di tentang di pondok gue,sebuah eksperimen yang akan membawa gue ke sejarah terburuk seorang santri(ketulahan/kuwalat).Oh apa gue pantas lagi di sebut sebagai santri sedangkan kelakuan gue kaya empu setan.Gue masih teringat potret gue yang waktu kecil sebuah potret kecil bloon tapi lugu masih orisinil.Waktu kecil gue paling anti bo'ong,waktu kecil gue anti ingkar janji,gue anti melanggar peraturan,paling suka menghormati yang tua,selalu tersenyum kepada orang yang lewat,paling anti berantem.Sekarang semuanya terbang di bawa angin masa lalu.

Sekarang gue tumbuh menjadi anak badung.Walaupun lingkungan gue begitu agamis tetapi hati gue berontak.Gue heran dengan lingkungan gue karena setiap perilaku dan kegiatan khususnya keagamaan harus di paksakan tanpa memikirkan yang di suruh itu ikhlas atau engga.

Sekarang gue ingin merusak kegalauan itu dengan menulis alam di otak

4 komentar:

  1. Artinya ente sedang diuji untuk menyikapi hidup lebih bijak, buatlah seadil munkin. Pertamaxxxxxxxxxx

    BalasHapus
  2. buat agung yang lagi setres, usahakan dirimu itu menjadi se-setres munkin (kalo bisa ampe over dosis lo), jadi kamu bisa merasakan bagai mana sakitnya otak gara" setres. karena kamu merasakan sakit yang luar biasa,dan kamu akan menghindarinya.

    BalasHapus
  3. :f coba pikir dulu

    :D optimis

    :)) praktikan aja emoticon ini,gung?!

    BalasHapus
  4. Kondisi galau memang dimiliki semua manusia, tapi yg terpenting adalah bagaimana mengatasi keglauan tersebut

    BalasHapus

biasakan budaya komentar
thnks