Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-1c9TSQww9ao/VBN7Hy7V1aI/ AAAAAAAAOMg/e3j-S3HoAG8/s1600/kritik.jpg |
Sudah hukum tetap bagi kita sebagai manusia mendapat cap tempatnya salah dan khilaf, contohnya memperkosa. Salah karena dia udah anu in anak orang secara paksa dan tidak dasar suka sama suka, kalo itu namanya zina atau bahasa bulenya ML. dan khilaf, entah kenapa ini kata kata ter mainstream yang di ucapin sama orang yang habis memperkosa " saya khilaf ".
Begitu juga dalam menghasilkan karya, manusia atau kita sebagai manusia ga lepas dari salah.
Beberapa waktu lalu gue pernah bikin film pendek berbahasa banjar yang ada di channel youtube gue CANGKAL PROJECT. Nah disitu gue gencar banget ngeshare filmnya ke berbagai akun sosmed gue.
ada salah seorang temen gue, temen zaman sma dan dulu sempet akrab banget gue mintain pendapatnya tentang film gue itu, awalnya gue kira dia bakal muji, eh taunya kritik dia pedes banget, sampai- sampai bikin gue hampir ga nafsu bikin film pendek lagi.
Tapi lama ke lamaan gue sadar, kalo seandainya dipuji-puji mulu kepala gue bisa gede dan ujung-ujungnya meledak, ga maksud gue kalau dalam berkarya kita dipuji mulu kapan berkembangnya, karena itu tadi manusia tempatnya salah dan khilaf.
Dan emang lebih baik kritikan atau bahkan dibilang ga bagus, twntunya dengan itubikin kita makin berkembang, kita jadi tahu letak salah kita dimana dan bisa memperbaikinya.
Seperti sebuah postingan Adhitya Mulya diblognya, kadang penulis sering terkena " masterpiece syndrom " , dan berlaku juga untuk karya yang lain.
Iya mungkin saat itu gue gede kepala, apa yang gue hasilkan bagus banget *menurut gue* dan merasa tu karya tanpa cacat, padahal dari kacamata orang lain itu sampah banget.
Sekarang gue udah sedikit kebal ama kritikan walaupun kadang bikin down, tapi kembali lagi kalo ga bikin ya ga ada hasil, jadi lebih baik menghasilkan alias berkarya, soal masih banyak salah atau masoh jelek biar proses yang akan menjawab.
Selain dikritik gue juga berperan menjadi pengkritik, ada yang senang dari kritikan gue, ada juga yang kena masterpiece syndrome.
Mengkritik itu ga salahkan ? karena mereka mencari kesalahan yang tidak disadari si pembuat.
Dan jangan juga nantang balik si pengkritik, misal " emang lo bisa bikin gajah bertelur kaya gue "
karena kata temen gue Akbar berkata :
karena kata temen gue Akbar berkata :
" Pembeli nasi goreng bisa mengkritik nasi goreng yang ia beli enak atau tidak, walaupun belum tentu ia bisa masak nasi goreng "
Intinya kan tadi menemukan kesalahan.
iya bener sih, kadang suka ga enak yang namanya udah di kritik, padahal di kritik itu bisa membangun hal yang lebih baik, tapi gimana orangnya juga sih, kadang ada yang di kritik ga mau nerima,
BalasHapuskadang pengkritik itu jeli lo, dia tau apa kekurangan kita, dan kalo kita nerima kritikan dia kan lumayan perbaikan buat kitanya.
Hapusterimakasih tipsnya
BalasHapusKritik ya? Menurutku, dikritik itu ada enak atau nggak enaknya. Aku bakal lapang dada nerima kritik itu kalo ada saran dari orang yang ngekritik. Nggak enaknya bakal sakit hati kalo karya aku dijelekin secara berlebihan dan nggak ngasih saran aku harus gimana biar karya aku keliatan baik oleh si pengkritik itu.
BalasHapusAku juga kadang suka sedih kalo ada orang yang ngekritik. Otomatis kan kekurangan kita keliatan dong. Kita udah berusaha buat nunjukin yang terbaik eh ternyata ada celah kekurangan. Terima aja… setiap hasil pasti ada yang nggak sempurna. Belajar dari kesalahan, olah kata-katanya. good luck!