Kamis, 28 Maret 2013

Floating Love di LOK BAINTAN

Gara gara baca Travellous, itu loe buku bikinan anak Banjar. Mau tau siapa yaitu Andrei Budiman yang isinya tentang kisah Andrei ke luar negeri dengan bumbu menye-menye percintaan. Bagus bukunya ampe bikin gue ngiler mau juga hitchiking bareng Jules dan setenda (wow).

Tapi itu mustahil gue beda level ama Andrei dia udah main ke Eropa. Tapi walaupun masih jajahan lokal gue juga punya cerita cinta juga dalam perjalanan ke Lok Baintan, pasar terapung.

Awal cerita bermula ketika cewe yang diam diam gue suka berinisial T ngajakin gue ikut lomba karya tulis ilmiah. Padahal gue goblok banget soal tulisan ilmiah kecuali fiksi apalagi berbau porno gue ahlinya.

Tapi mungkin si T udah termakan pesona gue yang menang lomba Karya tulis ilmiah antar sekolah bersama dua orang temen gue. Padahal gue nyumbang ide sisanya dua temen gue itu yang ngerjain, tapi ga apa lah gue jadi bisa banyak punya waktu sama T.

Lagi lagi ide gue yang dipakai, karena temanya tentang pariwisata kalsel maka gue memberi ide untuk membahas tentang pasar terapung lok baintan, padahal gue baru sekali ke sana tapi sok tahu banget ama medannya. Tapi ga apa lah demi T.

Sebetulnya ke lok Baintan bagusnya melewati jalur air dengan kelotok mesin, namun karena masih siswa dengan budget terbatas kami mencoba pake motor lewat darat.

Jalur yang kami tempuh adalah jalur pendek dengan jalan yang sangat rusak. Kami pergi bertiga dengan Ran. Awalnya saya sendiri dan T dibonceng oleh Ran. Namun tiba-tiba saat naik jembatang motor yang ditumpangi Ran mendadak kehilangan arah. Untuk menghindari hal yang tidak tidak si T inesiatif ikut gue. Wow gue bahagia dibalik kesialan Ran terbitlah keberuntungan gue, gue bisa lebih dekat dengan T.

Namun satu penyakit yang gue punya, walaupun lelaki gue ga bisa ngomong yang bikin cewe seneng atau nyante. Rata-rata obrolan kita serius semua tapi ga apalah yang penting gue bahagia.

Diperjalanan karena ketiganya belum pernah lewat darat kami tanya-tanya sama orang kampung sekitar. Dan sialnya lagi jalan berbatu menemani kami selama perjalanan.
Sesampainya didermaga lok baintan kami menengok ke arah sungai. Para pedagang masih berpencar masih belum berkumpul. Nah didermaga itu ada orang kampung situ yang sedang berbelanja. Langsung saja kami tanyai tanyai untuk bahan karya tulis kami.Tak kami kira ternyata kami disangka wartawan.

Oh iya koq dari tadi tulisan ini koq ga ada bumbu bumbu mesranya ya. Oh sial Andrei emang jago saya kalah. Ampun dj.
Tapi yang perlu kalian tahu moment mesranya itu saat gue boncengan ama T. Pokoknya gue bahagia banget, tapi entahlah si T merasakan hal yang sama atau biasa aja dan masih menganggap gue sebatas teman, hanya tuhan yang tahu.


Posted via Blogaway

2 komentar:

  1. yah, setidaknya jalan untuk lebih dekat sudah terbuka :)
    semoga karya tulisnya sukses, serta hubungannya sukses juga ^^

    BalasHapus

biasakan budaya komentar
thnks